SALAKAN, klikbanggai.com — Kejadian luar biasa (KLB) atau Bencana dugaan keracunan menu makan bergizi gratis (MBG) di Banggai Kepulauan di sekolah SD, SMP, SMA, dan SMK di Kota Salakan yang mengakibatkan 388 siswa harus dilarikan ke rumah sakit umum daerah (RSUD) Trikora Salakan, karena mengalami alergi, kejang-kejang dan muntah, mendapat perhatian serius dari Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng).
Gubernur Sulteng Anwar Hafid meinta kepada Badan Gizi Nasional (BGN) agar penyaluran menu makan bergizi gratis (MBG) yang menjadi program prioritas pemerintahan Presiden Prabowo Subianto diawasi secara ketat oleh pihak BGN sebagai lembaga bertanggung jawab untuk memastikan program ini berjalan sesuai standar, aman, bermutu, dan tepat sasaran.
“Pengawasan oleh BGN harus lebih ketat,” tegas Gubernur Anwar Hafid melalui klikbanggai.com, Senin (22/09/2025).
Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid pun meminta agar BGN dalam pengawasan tersebut melibatkan Pemerintah Daerah (Pemda) setempat sehingga bisa lebih terkoordinir dengan baik, karena Pemda memiliki Dinas Kesehatan dan tenaga yang kompeteran dalam melakukan pengawasan makanan dan minuman.
“Diharapkan pengawasannya bisa melibatkan pemerintah daerah setempat karena kita di daerah punya dinas dan tenaga yang kompeten untuk pengawasan makanan dan minuman yaitu Dinas Kesehatan,” ujar Anwar Hafid.
Kemarin, Direktur Pemantauan dan Pengawasan Badan Gizi Nasional (BGN) Wilayah III, Kol. Arm. Rudi Setiawan, melakukan kunjungan kerja ke RSUD Trikora Salakan, Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah, Minggu (21/09/2025). Kunjungan ini untuk meninjau langsung kondisi pasien terdampak kejadian luar biasa siswa keracunan usai menyantap menu program Makanan Bergizi Gratis (MBG).
Rudi Setiawan datang bersama Bupati Banggai Kepulauan, Rusli Moidady, unsur Forkopimda, serta sejumlah pejabat terkait. Kehadiran mereka untuk kepentingan evaluasi bersama atas insiden yang sempat menjadi perhatian nasional.
Direktur RSUD Trikora, dr. Feldy Deki, melaporkan kondisi terkini penanganan pasien terdampak program MBG. Pihaknya mencatat, sejak 17 hingga 21 September 2025, total kunjungan mencapai 338 pasien.
“Dari jumlah itu, sebanyak 317 pasien sudah pulang, 88 kasus tercatat sebagai pasien yang sempat kembali, dan saat ini tersisa 21 pasien yang masih dalam perawatan,” ungkap dr. Feldy.
Ia menekankan perlunya dukungan pemerintah pusat dalam pengadaan alat kesehatan, serta kesiapan rumah sakit menghadapi kemungkinan kejadian serupa di masa depan. Menurutnya, evaluasi menyeluruh harus dilakukan untuk memastikan keamanan layanan kesehatan maupun program pemenuhan gizi di daerah.
**eMDe.