OPINI  

Pencari Keadilan Menunggu Hasil Autopsi, Akankan Kebenaran Terungkap?

Jufri Hermawan. (Foto:Ist)

Hujan mengguyur Lipu Bungkuko, rintiknya seperti tangis yang tak berujung.

Di ruang kamar Ibu Naria duduk terpaku, matanya sembab, tangannya menggenggam foto seorang pemuda tampan, putra semata wayangnya, Rio.

Sudah beberap hari Rio di makamkan, jasadnya menjadi saksi bisu sebuah tragedi yang belum terungkap.

Polisi menyatakannya sebagai kecelakaan lalu lintas, tapi Ibu Naria tak percaya. Ada yang janggal.

Rio, anak muda yang lincah dan cekatan sebagai harapan Ibu Naria dalam membantu dan meneruskan kelak bisnis keluarganya, terlalu cerdas untuk mengalami kecelakaan sepele.

Ibu Naria yakin ada yang sengaja menghilangkan nyawa putranya.

Ia mendesak polisi untuk melakukan otopsi, dan setelah berhari-hari berjuang, permintaannya akhirnya dikabulkan.

Sekarang, ia menunggu. Menunggu hasil otopsi yang akan menentukan apakah kebenaran akan terungkap, atau kembali terkubur dalam kegelapan.

Jam dinding berdetak lambat, tiap detik terasa seperti tahun. Ibu Naria mengingat senyum Rio, canda tawa mereka, dan semangat juang putranya yang tak pernah padam.

Kenangan itu sekaligus menjadi tamparan pahit, mengingatkannya pada kenyataan pahit yang mungkin akan ia hadapi.

Jika hasil otopsi menyatakan kecelakaan, siapa yang akan bertanggung jawab?

Siapa yang akan membalaskan dendam Rio?

Seorang polisi, mendekati Ibu Naria. Tatapannya penuh empati, namun juga menyimpan beban.

“Ibu Naria,” ucapnya pelan, “Hasil otopsi sudah keluar.”

Detik-detik berikutnya terasa hampa, waktu seakan berhenti. Ibu Naria menahan napas, menunggu kalimat selanjutnya yang akan menentukan segalanya.

Iapun melanjutkan, “Hasil otopsi menunjukkan adanya tanda-tanda kekerasan sebelum kecelakaan. Ada kemungkinan… kemungkinan Rio dianiaya sebelum meninggal.”

Kalimat itu menggantung, tetapi cukup untuk memberikan secercah harapan bagi Ibu Naria. Kebenaran, walaupun masih samar, mulai terlihat.

Perjuangan Ibu Naria untuk mendapatkan keadilan bagi Rio, baru saja dimulai.

Perjuangan panjang dan berat, di tengah bayang-bayang kekuasaan dan intrik yang mungkin akan menghalangi jalannya.

Tapi, dengan secercah harapan ini, Ibu Naria akan terus berjuang, untuk Rio, untuk keadilan.

Hujan di luar masih terus turun, tetapi di hati Ibu Naria, sebuah api kecil mulai menyala..~

Opini dalam bentuk narasi by Pesona Senja (JH)

 

**Redaksi tidak merubah apapun tulisan ini, sesuai dengan apa yang dikirimkan oleh penulis.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *