TOTIKUM, klikbanggai.com — Keluhan demi keluhan terus bergulir dari masyarakat terkait pelayanan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Desa Sobonon, Kecamatan Totikum, Kabupaten Banggai Kepulauan.
BBM bersubsidi yang seharusnya diperuntukkan bagi masyarakat, justru diduga dikuasai oleh para pengusaha eceran yang menggunakan jerigen.
Pantauan dan pengakuan sejumlah warga yang namanya enggan disebutkan menyebutkan, kedatangan BBM ke SPBU Sobonon sering terjadi pada malam hari dan langsung dilakukan pembongkaran pada malam itu juga. Akibatnya, pada pagi harinya BBM sudah sulit diperoleh warga karena diduga telah disalurkan ke pengusaha eceran.
“Bahkan kami di SMP, hanya untuk keperluan solar bus sekolah saja sangat sulit. Padahal semua rekomendasi dari Dinas Perhubungan sudah lengkap, bahkan surat dari perizinan juga sudah ada. Kami sudah duduk bersama camat, dan diiyakan, tapi tetap saja tidak dilayani,” ungkap salah satu narasumber, Selasa (13/06/2025).

Ironisnya, SPBU Salakan justru dinilai lebih kooperatif dan tetap melayani kebutuhan solar untuk kendaraan operasional sekolah, sementara SPBU Sobonon tidak memberikan pelayanan, bahkan terhadap kepentingan pendidikan sekalipun.
Keluhan masyarakat terhadap SPBU Sobonon bukan hal baru. Bahkan sempat terjadi ketegangan di lapangan ketika aparat TNI menendang jerigen-jerigen BBM sebagai bentuk protes terhadap pengelolaan yang tidak adil.
Ketua DPRD pun pernah melayangkan protes keras di lokasi tersebut, namun tak membuahkan perubahan.
“Sudah tidak masuk akal. Kami yang jelas-jelas tidak mencari keuntungan, seperti bus sekolah, malah tidak diberikan. Di depan pejabat diiyakan, tapi realitanya nol. Teman-teman sopir sudah malas ke sana. Begitu masuk, BBM sudah habis,” lanjut narasumber.
Keluhan lainnya datang dari para sopir rental yang mengaku, BBM di SPBU Sobonon cepat sekali habis. Kadang baru datang malam hari, namun di pagi, siang, atau sore harinya, bahan bakar sudah tak tersedia lagi untuk masyarakat umum.
“Nosel (pompa BBM, red) yang sudah terpasang sejak beberapa bulan lalu, sampai sekarang belum juga difungsikan. Ini menambah panjang daftar kejanggalan di SPBU Sobonon,” keluh salah satu sopir.
Sejumlah warga berharap Pemerintah Daerah Kabupaten Banggai Kepulauan, aparat penegak hukum, hingga Pertamina selaku pemilik kebijakan, segera turun tangan. Pasalnya, keluhan terhadap SPBU ini terus berulang tanpa pernah ada penyelesaian yang jelas, seolah-olah SPBU Sobonon kebal terhadap kritik dan keluhan masyarakat.
Ketika keluhan terus berulang, itu berarti ada masalah serius yang tidak boleh dianggap sepele. Kondisi ini harus menjadi perhatian dan atensi bersama, sebelum kepercayaan publik terhadap layanan BBM bersubsidi benar-benar hilang.
**MSG.